Daftar Pustaka

Sabtu, 13 Oktober 2012

Aplikasi Metode Muqaran Dalam Hadits



MAKALAH REVISI
Aplikasi Metode Muqaran
dalam Fiqh al-Hadis


       

Makalah Disajikan Dalam Forum Seminar
Mata Kuliah Ulum al-Hadis

                                                                                    Oleh:
ABDUL RAHMAN
NIM: 80100209002

Dosen Pemandu;
Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyanah
Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelunya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya . Dengan agama Islam ini pula Allah  menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhai Islam s ebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada satu agama pun yang diterima selain Islam. Allah berfirman :
Hukum Islam merupakan hukum yang dianggap sakral oleh orang-orang Islam, yang mencakup tugas-tugas agama yang datang dari Allah dan diwajibkan terhadap semua orang Islam dalam semua aspek kehidupan.
Dalam sejarah dan bahkan sampai saat ini,ada sekelompok kecil orang-orang yang mengaju diri mereka sebagai orang Islam, tetapi  mereka menolak hadis atau sunnah Rasulullah sebagai ajaran Islam. Mereka dikenal dengan orang-orang  yang berfaham inkarus-sunnah. Padahal kita b bahwa hadis Nabi merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur’an.
Sedangkan cukup banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan orang –orang yang beriman untuk mematuhi dan mengikuti petunjuk-petunjuk Nabi Muhammad SAW. utusan Allah SWT. dan salahsatunya sebagaimana tertera dalam QS. Ali Imran: 32.
Menurut  penjelasan Ulama, ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa  bentuk ketaatan kepada Allah adalah dengan mematuhi petunjuk Al–Qur’an, sedang bentuk ketaatan kepada Rasulullah adalah dengan mengikuti sunnah atau hadis beliau.
Sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an senantiasa menarik dan penting untuk dikaji, untuk itu penelitian hadis baik dari segi matan maupun segi sanadnya sangat penting diketahui dalam kaitannya dengan kehujjahannya (landasan syari’ah) serta dapat dipertanggungjawabkan keotentikannya dari Nabi.
Meskipun ada aturan bahwa mengikuti sunnah Nabi telah menjadi bagian mendasar bagi kepercayaan dalam Islam, perbedaan metode dalam menguji apakah praktek ini dan itu benar-benar merupakan sunnah Nabi tetap saja ada.
Perkembangan metodologi interpretasi hadis mengalami peningkatan yang signifikan dikalangan ahli hadis akhir-akhir ini. Penyusunan kitab hadis yang tematik semacam kitab shahih Bukhari, shahih Muslim, dan lain-lain diabad permulaan memeberikan sumbangsih yang besar dalam dunia kajian hadis.
Berbagai metode, teknik interpretasi dan aplikasi yang hadir diabad ini, bukan justru memfosilisasi Islam sebagai karya sejarah. Namun semakin memperkaya khazanah intelektualitas umat. Walau Rasulullah SAW. telah wafat, beliau seakan tetap hidup ditengah-tengah kaum muslimin, senantiasa berdialektika dengan realita lewat sunnahnya dimana dan kapan saja.
Hadis sebagai sumber kedua, nampaknya selalu menarik untuk dikaji, baik yang menyangkut tentang kritik otentitas atau validitas (sanad dan matan) maupun metodologi pemahaman (syarh}) hadis itu sendiri.
B.  Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, pemakalah mencoba membahas tentang aplikasi metode Muqaran dalam fiqhi al-hadis, dengan mengangkat satu hadis yang berkaitan dengan “niat dalam melakukan suatu amalan”.
Adapun permasalahan yang akan dibahas sesuai dengan masalah diatas adalah:
1.    Apa yang dimaksud dengan metode Muqaran dan fungsinya  ?
2.    Bagaimana status Hadis tentang niat dalam beramal ditinjau dari metode muqaran ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Metode Muqaran
Pengertian kata “Metode” menurut Suparlan Suhartono adalah suatu proses yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatudisiplin untuk suatu tujuan[1]. Dan menurut John M. Echols dan Hassan Shadily, kata “Metode”merupakan serapan dari bahasa Inggris yaitu “Method” yang berarti cara atau proses[2]. Muqaran merupakan mashdar dari kata  قا ر ن , yang berarti “Perbandingan”.
Metode perbandingan dalam istilah kajian ilmu hadis adalah dirasah al-Mu’ardhah atau al-muqaranah. Dengan pengertian bahwa metode tersebut adalah metode yang digunakan para ulama kritikus hadis dalam melakukan tolak ukur sebagai kritik matan hadis dengan membandingkan antara satu matan dengan matan yang lain baik dari segi lafadz maupun dari segi maknanya[3].
Metode Muqarin adalah metode memahami hadis dengan cara: (1) membandingkan hadis yang memiliki redaksi yang sama atau mirip dalam kasus yang sama atau memiliki redaksi yang berbeda dalam kasus yang sama. (2) Membandingkan berbagai pendapat ulama syarah dalam mensyarah hadis. Jadi metode ini dalam memahami hadis tidak hanya membandingkan hadis dengan hadis lain, tetapi juga membandingkan pendapat para ulama (pensyarah) dalam mensyarah hadis.
Metode perbandingan dalam perbedaan lafadz pada berbagai matan hadis yang semakna menjadi hal yang penting untuk dilakukan pengkajian sebagai upaya mencermati susunan matan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan keasliannyayang berasal dari Rasulullah SAW. karena antara sanad dan matan tidak mesti ada hubungannya, yaitu: kalau sanad sudah sah, tidak mesti matannya turut sah dan begitu juga  kalau sanad dha’if tidak mesti matannya pun turut dha’if.
Dan pada sisi lain dari metode ini akan dapat diketahui kemungkinan-kemungkinan adanya Idraj, Idhtirab, Qalb (Maqlub) Tashrif au Tahrif, Ziyadah dan lain-lainya yang dapat mempengaruhi kedudukan matan hadis yang men gandung kejanggalan atau illat (cacat).
B. Hadis tentang “Niat”
a. Matan shahih Bukhari, kitab bab bad’ul  wahyi
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَر. قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya amal-amal tergantung pada niatnya dan setiap urusan apa yang ia niatkan, barangsiapa hijrahnya kepada dunia,ia akan mendapatkannya,  atau wanita yang ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia hijrahkan”[4]

b. Matan shahih bukhari
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ سَمِعْتُ يَحْيَى بْنَ سَعِيدٍ يَقُولُ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ [5]
  c. Jalur sampainya hadis.
Adapun jalur-jalur sanad yang dilalui hadis yang pertama diatas adalah dari periwayat bukhari, Al-Humaidi Abdullah bin Zubair, Sofyan, Yahya bin sa’ad al-anshary, Muhammad bin Ibrahim At-Tamimy, alqamah bin waqqash al-laitsy, umar bin khattab, lalu sampai kepada Rasulullah.
Sedangkan jalur sanad hadis yang kedua adalah melalui periwayat Bukhari, kemudian Quthaibah bin sa’id, lalu abdul wahhab, lalu yahya bin sa’id, lalu Muhammad bin Ibrahim, alqamah bin waqqash, al-laitsy, kemudian umar bin khattab, lalu sampai kepada rasulullah saw.
Dari kedua jalur  hadis yang dilalui diatas, dapat diketahui bahwa pada jalur kedua hadis tersebut terdapat dua periwayat yang berbeda yaitu;
-          Pada hadis pertama adalah melalui Al-Humaidi Abdullah bin Zubair dan Sofyan
-          Pada hadis kedua adalah Quthaibah bin Sa’id dan Abdul Wahhab.
Selanjutnya jalur sanad yang dilalui semuanya sama mulai dari Yahya bin sa’ad al-anshary, Muhammad bin Ibrahim At-Tamimy, Alqamah bin Waqqash Al-Laitsy, Umar bin Khattab, lalu sampai kepada Rasulullah SAW.
3. keshahihan kedua hadis
Untuk mengetahui keshahihan suatu hadis maka perlu diketahui riwayat yang meriwayatkan hadis agar hadis tersebut dipertanggung jawabkan dan betul-betul hadis tersebut diambil dari Rasulullah sebagai sumber hukum Islam. Oleh karena itu berikut akan diuraikan tentang riwayat para sanad dalam hadis tentang niat terdahulu.
a.       Sanad Hadis pertama.
Sanad pertama diriwayatkan oleh Al-Humaidi Abdullah bin Zubair.adapun riwayat hidupnya dan kredibiliasnya sebagai berikut :
الاسم : عبد الله بن الزبير بن عيسى بن عبيد الله بن أسامة بن عبد الله بن حميد بن زهير القرشى الأسدى الحميدى، المكى، أبو بكر الطبقة :  10 : كبارالآخذين عن تبع الأتباع الوفاة :  219 هـ و قيل بعدها بـ مكة روى له :  خ م د ت س فق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه في التفسير)
رتبته عند ابن حجر :  ثقة حافظ فقيه رتبته عند الذهبي :  أحد الأعلام

Dari segi jarh wa ta’dil adalah
و قال المزى : قال أحمد بن حنبل : الحميدى عندنا إمام. وقال أبو حاتم : أثبت الناس فى ابن عيينة الحميدى ، و هو رئيس أصحاب ابن عيينة ، وهو ثقة إمام
Dan diantara gurunya adalah
قال المزي في تهذيب الكمال: روى عن سفيان بن عيينة ( خ مق ت س فق )

Dan diantara muridnya adalah
قال المزي في تهذيب الكمال : روى عنه البخارى ( ت ) إبراهيم بن صالح الشيرازى أبو الأزهر أحمد بن الأزهر النيسابورى ( فق )

Sanad kedua, yaitu Sofyan dan riwayat dan kredibilitasnynya ialah
الاسم : سفيان بن عيينة بن أبى عمران : ميمون الهلالى ، أبو محمد الكوفى ، المكى ، مولى محمد بن مزاحم ( أخى الضحاك بن مزاحم ) المولد :  107 هـ  الطبقة :  8  : من الوسطى من أتباع التابعين الوفاة :  198 هـ بـ مكة روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه ) رتبته عند ابن حجر :  ثقة حافظ فقيه إمام حجة إلا أنه تغير حفظه بأخرة و كان ربما دلس لكن عن الثقات ، و كان أثبت الناس فى عمرو بن دينار رتبته عند الذهبي :  أحد الأعلام ، ثقة ثبت حافظ إمام
Adapun gurunya
قال المزي في تهذيب الكمال : روى عن يحيى بن سعيد الأنصارى ( خ م س ق ) إسماعيل بن محمد بن سعد بن أبى وقاص ( س )
Sedangkan muridnya
عبد الله بن الزبير الحميدى ( خ مق ت س فق )
Sanad ketiga yahya bin sa’ad al anshary adapun riwayatnya
الاسم : يحيى بن سعيد بن قيس الأنصارى النجارى ، أبو سعيد المدنى القاضى الطبقة :  5  : من صغار التابعين الوفاة :  144 هـ أو بعدها روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه ) رتبته عند ابن حجر :  ثقة ثبت رتبته عند الذهبي :  الإمام ، حافظ فقيه حجة
Gurunya adalah
قال المزي في تهذيب الكمال : روى عن محمد بن إبراهيم بن الحارث بن خالد القرشى التيمى ، أبو عبد الله المدنى
Muridnya
يحيى بن سعيد بن قيس الأنصارى النجارى ، أبو سعيد  القاضى
Sanad keempat, Alqamah berikut riwayat dan kredibilitasnya
الاسم : علقمة بن وقاص بن محصن الليثى العتوارى المدنى ، أبو يحيى ( و قيل غير ذلك فى كنيته ) الطبقة :  2  : من كبار التابعين الوفاة :  فى خلافة عبد الملك بـ المدينة روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه ) رتبته عند ابن حجر :  ثقة ثبت ، أخطأ من زعم أن له صحبة رتبته عند الذهبي :  ثقة

Adapun gurunya adalah
عمر بن الخطاب بن نفيل بن عبد العزى بن رياح بن عبد الله بن قرط بن رزاح بن عدى القرشى العدوى أبو حفص ( أمير المؤمنين )
Sedangkan muridnya adalah
عمر بن الخطاب بن نفيل بن عبد العزى بن رياح بن عبد الله بن قرط بن رزاح بن عدى القرشى العدوى أبو حفص ( أمير المؤمنين )
Sanad kelima, Umar bin Khattab, riwayat dan kredibilitasnya adalah
الاسم : عمر بن الخطاب بن نفيل بن عبد العزى بن رياح بن عبد الله بن قرط بن رزاح بن عدى القرشى العدوى أبو حفص ( أمير المؤمنين ) الطبقة :  1 : صحابى الوفاة :  23 هـ بـ المدينة روى له :  خ م د ت س ق  (البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه ) رتبته عند ابن حجر :  صحابى ( قال : أمير المؤمنين مشهور ، جم المناقب ) رتبته عند الذهبي :  صحابى ( قال : أمير المؤمنين )

Adapun Gurunya adalah
النبى صلى الله عليه وسلم ( خ م د ت س ق ) أبى بن كعب ( خ س )
أبى بكر الصديق ( خ م د ت س ) .
Sedangkan muridnya
علقمة بن وقاص بن محصن الليثى العتوارى المدنى ، أبو يحيى ( و قيل غير ذلك فى كنيته )

b.      Sanad Hadis kedua
Sanad pertama, Quthaibah bin sa’id, adapun riwayat dan kredibilitasnya adalah
الاسم : قتيبة بن سعيد بن جميل بن طريف الثقفى ، أبو رجاء البلخى البغلانى ، يقال اسمه يحيى ، و قيل على ( و بغلان قرية من قرى بلخ ) المولد :  150 هـ الطبقة :  10 : كبارالآخذين عن تبع الأتباع الوفاة :  240 هـ روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه ) رتبته عند ابن حجر :  ثقة ثبت رتبته عند الذهبي :  لم يذكرها


Adapun gurunya adalah
عبد الوهاب بن عبد المجيد بن الصلت الثقفى أبو محمد البصرى ( و جده الحكم بن أبى العاص أخو عثمان بن أبى العاص و لهما صحبة )
Sedangkan muridnya adalah
قال المزي في تهذيب الكمال : روى عنه ( الجماعة سوى ابن ماجة : ) البخارى مسلم أبو داود الترمذى النسائى إبراهيم بن إسحاق الحربى أحمد بن حنبل ( ت ) أحمد بن سعيد الدارمى ( ت )

Sanad kedua, Abdul Wahhab, berikut riwayat dan kredibilitasnya :
عبد الوهاب بن عبد المجيد بن الصلت الثقفى أبو محمد البصرى ( و جده الحكم بن أبى العاص أخو عثمان بن أبى العاص و لهما صحبة ) الطبقة :  8  : من الوسطى من أتباع التابعين الوفاة :  194 هـ روى له :  خ م د ت س ق  ( البخاري - مسلم - أبو داود - الترمذي - النسائي - ابن ماجه ) رتبته عند ابن حجر :  ثقة تغير قبل موته بثلاث سنين رتبته عند الذهبي :  الحافظ ، وثقه ابن معين و قال : اختلط قبل بآخرة
Adapun gurunya adalah
يحيى بن سعيد بن قيس الأنصارى النجارى ، أبو سعيد المدنى القاضى
Sedangkan muridnya adalah
قتيبة بن سعيد بن جميل بن طريف الثقفى ، أبو رجاء البلخى البغلانى ، يقال اسمه يحيى ، و قيل على ( و بغلان قرية من قرى بلخ )

Dan pada sanad ketiga sampai kepada Rasulullah, sanadnya sama dengan sanad hadis pertama , oleh karena itu tidak dicantumkan lagi.
Dengan melihat keterangan diatas, maka dapat dipahami bahwa hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari adalah hadis yang shahih, karena rantai sanadnya yang bersambung. Selain itu para sanadnya memiliki pribadi yang dapat dipercaya dan tidak didapatkan cacat yang dapat mengurangi keshahihan hadis tersebut.
d. Keshahihan Matan Hadis
            Untuk menentukan keshahihan matan suatu hadis maka para ulama telah mengadakan penelitian dan kritik secara seksama terhadap matan hadis , sehingga ditetapkan criteria-kriteria tertentu.
            Salahuddin al-Adabi menyebutkan empat criteria kesalahan matan hadis yaitu;
1.      Matan hadis itu tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur’an.
2.      Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat.
3.      Tidak bertentangan dengan akal sehat, persepsi indera dan sejarah.
4.      Susunan redaksinya menyatakan ciri sabda kenabian.[6]
Berdasar dari keempat criteria diatas maka bila kita kaitkan dengan matan hadis tentang niat dalam beramal maka dapat kita ketahui bahwa hadis tersebut sesuai dengan petunjuk al-Qur’an. Hal ini dapat kita lihat dalam QS. Al-Bayyinah : 5 yaitu :
وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة وذلك دين القيمة
Terjemahnya :
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.[7]

Hadis tentang niat dalam beramal tidak bertentangan dengan ayat diatas, yang memerintahkan kepada seorang hamba agar ikhlas dalam melakukan suatu keta’atan. Berdasarkan hal ini maka dapat kita simpulkan bahwa hadis yang diriwayatkan ole Bukhari adalah hadis yang matannya memenuhi syarat keshahihan matan.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setelah menelaah masalah tentang aplikasi metode muqaran terhadap hadis ini maka dapat kita tarik kesimpulan yaitu :
1.      Metode Muqarin adalah metode memahami hadis dengan cara: (1) membandingkan hadis yang memiliki redaksi yang sama atau mirip dalam kasus yang sama atau memiliki redaksi yang berbeda dalam kasus yang sama. (2) Membandingkan berbagai pendapat ulama syarah dalam mensyarah hadis
2.      Dari studi tentang niat dalam beramal ini dapat ddiketahui bahwa keshahihan sanad dan matannya memenuhi criteria diterimanya hadis sebagai sumber hukum Islam.
B.     Saran
Bilamana dalam penulisan makalah ini ditemukan suatu kekeliruan, maka saran dan kritiknya sangat kami harapkan agar makalah ini dapat digunakan untuk dimanfaaatkan sebagai taambahan informasi Islam.


DAFTAR PUSTAKA
Bukhari. Shahih Muslim. Juz III.
Bukhari. Shahih. Muslim. Juz XX.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Semarang. PT. Karya Toha Putra. 2002.
Echols, John dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris- Indonesia. cet. XXIV. Jakarta. PT. Raja Gramedia.
Ismail, Syuhudi, M. Kaedah Keshahihan Hadis, Cetakan I. Jakarta. Bulan Bintang. 1988.
Suhartono, Suparlan. Konsep Dasar Filsafat Ilmu Pengetahuan. Ujung Pandang. UNHAS. 1998.
Ya’qub, Mustafa Ali. Kritik Hadis. cet. I. Jakarta. PT. Pustaka Firdaus. 1995.


[1] Suparlan Suhartono, Konsep Dasar Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Ujung Pandang : UNHAS, 1998), h. 42
[2] John Echols dan Hassan Shadily, kamus Inggris- Indonesia, cet. XXIV, (Jakarta: PT. Raja Gramedia, t. th), h. 379
[3] Ali Mustafa Ya’qub, Kritik Hadis, cet. I, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1995), h. 128
[4]  Bukhari, Shahih Muslim, Juz III, h. 3
                [5] Ibid.,  Juz 20, h. 387.
[6] M. Syuhudi Ismail, Kaedah Keshahihan Hadis, Cetakan I, (Jakarta; Bulan Bintang, 1988), h. 136.
[7] Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Semarang:PT. Karya Toha Putra,2002), h. 907.

Tidak ada komentar: