BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Islam (Kerajaan Islam) sepanjang sejarahnya, banyak mengadakan ekspansi.[1] Hal ini dipahami sebagai tindakan yang dimotivasi oleh hasrat terhadap harta rampasan perang dan semangat keagamaan untuk menaklukkan dan menjadikan dunia memeluk dan mengakui Islam, dan ini sudah pasti menjamin bertambah luasnya wilayah kekuasaan dan semakin melimpahnya kekayaan kerajaan yang jika dimanfaatkan dengan efektif dan efesien akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan segenap warga masyarakatnya.
Sisilia yang merupakan daerah yang tak luput dari penaklukan pasukan Islam, di samping letak geografisnya yang strategis juga menyimpan banyak kekayaan alam, pada mulanya hanyalah merupakan rangkaian penyerangan terhadap Byzantium. Tapi lama kelamaan perhatian para penguasa muslim pada Sicilia semakin besar.
Di Sisilia, Islam tampaknya mempunyai sejarah yang hampir sama dengan Spanyol, di mana pada abad kesembilan Masehi ia menjadi wilayah kekuasaan Islam yang sebelumnya di bawah pemerintahan dinasti Aqlabi yang berpusat di Tunisiah, dan mencapai puncak kejayaannya pada masa dinasti Fatimiyah, dan pada masa itu juga Sicilia kembali menjadi wilayah Kristen.[2]
Berdasarkan paparan di atas, bahwa Islam pernah berkuasa dan jaya di Sisilia dan daerah sekitarnya. Dan untuk mengetahui bagaimana sejarah umat Islam di sana, seperti yang telah digambarkan maka terdapat beberapa hal yang menurut penulis harus diuraikan lebih jauh berkaitan dengan keberadaan Islam di Sisilia, karena penaklukan daerah termasuk dalam rangkaian detik-detik yang menentukan dalam sejarah Islam.[3]
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka dalam makalah ini penulis merumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu :
- Bagaimana asal-usul masuknya Islam di Sisilia ?
- Kemajuan-kemajuan apa saja yang dicapai Islam di Sisilia ?
- Bagaimana proses kemunduran dan kehancuran Islam di Sisilia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-Usul Islam di Sisilia
1. Geografis
Sisilia adalah sebuah pulau di laut tengah , letaknya berada di sebelah selatan semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messina. Pulau ini bentuknya menyerupai segitiga dengan luas 25.708 km persegi. Sebelah utara terdapat teluk Palermo dan sebelah timur terdapat teluk Catania. Pulau ini di sebelah barat dan selatannya adalah kawasan laut Mediterranian, sebelah utara berbatasan dengan laut Tyrrhenian dan sebelah timurnya berbatasan dengan laut Ionian.[4] Pulau sisilia bergunung-gunung dan sangat indah, iklimnya yang baik, tanahnya subur, dan penuh dengan kekayaan alamnya.[5] Pulau ini di bagi menjadi tiga bagian: Val di Mazara di sebelah barat, Val di Noto di sebelah tenggara dan Val Demone di bagian timur laut. Islam hanya menjadi agama resmi di Val di Mazara sedangkan di bagian yang lainnya mayoritas beragama Kristen.[6]
2. Sejarah Masuk Islam
Sebelum dikuasai Islam , Penguasaan pulau ini berpindah-pindah dalam beberapa abad mulai dari Yunani, Cartage, Romawi, Vandals, dan Byzantium, kemudian dikuasai oleh kaum Muslimin.[7] Pada masa ekspedisi Islam zaman Umar bin Khattab (634-644 M), Sisilia masih berada di tangan Byzantium[8]. Mereka menjadikan pulau ini sebagai markas tentara untuk menghadapi orang Islam. Pada masa Umar bin Khattab, sebenarnya kaum muslimin sudah berniat untuk menaklukkan pulau Sisilia. Akan tetapi Umar bin Khattab menolaknya, karena pulau ini sangat jauh dari pusat pemerintahan Islam, medan ke sana sangat sulit ditempuh dan daerah-deerah yang baru dikuasai harus dibenahi.
Niat kaum muslimin untuk memasuki pulau ini baru terlaksana pada tahun 662, pada masa Utsman bin Affan (644-645 M), usaha penaklukan sudah mulai dilakukan oleh gubernur di Damaskus yakni Mu’awiyah bin Abu Sufyan (Khalifah pertama Bani Umayyah). Pada tahun 652 M.[9] Atas perintah Muawiyah dikirimlah pasukan dengan pimpinan pasukan Mu’awiyah bin Khudaij. Sekalipun gagal, ia telah berhasil merampas harta kekayaan perang dari pasukan Bizantium.
Serangan kedua dilakukan pada tahun 667 M setelah Mu’awiyah menjadi khalifah. Pada zaman Abd Malik juga dilakukan serangan, selanjutnya pada zaman al-Walid Ibn Abdul Malik. Gubernur Afrika utara Musa Ibn Nushair setelah menguasai Andalusia juga menyerang Sisilia di bawah pimpinan anaknya Abdullah.[10] Setelah itu terus dilakukan penyerangan-penyerangan terhadap wilayah ini, namun belum berhasil, hanya mendapatkan harta rampasan perang.
Melihat serangan umat terhadap Sisilia terus menerus dilakukan maka Constantine V sebagai kaizar Byzantinium menetapkan ketentaraannya di pulau ini. Dan hampir selamanya 50 tahun tentara Islam tidak lagi melakukan upaya-upaya ekspansinya. Malah sebaliknya, tentara Byzantium terus menerus melakukan ancaman terhadap wilayah-wilayah Islam di Afrika Utara ini. Untuk menangkis serangan ini, gubernur Afrika Utara terpaksa membuat pangkalan militer di Tropoli (Libia).[11]
Sejauh perjuangan dan upaya yang dilakukan oleh umat Islam, tetap belum mampu menembus pertahanan pasukan penjaga pulau tersebut. Bukan tidak mungkin hal itu yang memaksa pihak Islam untuk berhenti sejenak dan mencari strategi baru, hingga pada akhirnya umat Islam sepenuhnya menaklukkan Sisilia.
Penaklukan Sisilia sebenarnya dilatar belakangi oleh adanya konflik penguasa Romawi. Kaisar Romawi memerintahkan gubernur Sisilia Constantin untuk menangkap Euphemius, seorang komandan tentara Byzantium di Sisilia. Perintah penangkapan tersebut oleh pasukan Euphemius, pertempuran tidak terelakkan. Ketika terdesak, Euphemius meminta bantuan kepada Ziyadatullah dan menawarkan kekuasaan atas Sisilia. Tawaran itu diterima oleh Ziyadatullah.
Pada tahun 827 M (212 H), Ziyadatullah memerintahkan orang kepercayaannya Assad Bin Al-Furad untuk melaksanakan penyerbuan. Ekspedisi yang berlangsung selama dua tahun dan memakan korban. Pada tahun 831 (216H), Palermo pun dapat dikuasai sehingga pasukan Aqlabi terus dapat Mengokohkan kedudukan di Sisilia, terutama bagian barat Val di Mazzara , tetapi ibu kotanya sendiri, Castrogiofanni (dulunya syiracuse) baru dapat diduduki pada tahun 859 M (245 H). Kegembiraan pasukan Aqlab ini juga ditandai dengan pengiriman rampasan perang kepada khalifah Bagdad Al Mutawakkil (w. 861 M/247 H). Pada tahun 902 M (289 H). Pulau Sisilia secara penuh dikuasai tiga perempat abad setelah ekspansi pertama mereka.
Sehingga Sisilia berada di bawah pemerintahan Muslim dengan Palermo sebagai ibu kotanya. Sisilia berada di bawah kekuasaan Islam oleh pemerintahan Aqlabiyah dan kemudian dibawah gubernur-gubernur Fatimiyah sampai penaklukan oleh orang-orang Norman pada abad kesebelas.
Gubernur-gubernur Fatimiyah sendiri, sangat tertarik khususnya untuk menguasai Sisilia, karena alasan-alasan politik dan ekonomi mereka ingin mendirikan negara besar laut tengah dan merencanakan untuk membuat Sisilia sebagai pangkalan angkatan bersenjata (laut), supaya bisa menangkis serangan dari Bizantium di pantai-pantai Afrika dan berhasil mewujudkan ambisi-ambisi mereka di Afrika Utara dan Mesir dari sudut pandang ekonomi, mereka berpendapat bahwa Sisilia adalah daerah produktif yang akan memakmurkan mereka.
Pada tahun 830 M Asbagh bin Wakil seorang barbar Andalus, menundukkan Palermo dan sejak itu Palermo menjadi ibu kota pemerintahan Islam Sisilia, dengan wali pertamanya Abu Fihr Muhammad bin Abdullah. Penaklukkan terus dilanjutkan oleh Ibrahim bin Abdullah yang berhasil menguasai Pantellaria, Eulian, Tindano dan wilayah Val di Mazarra.[12] Fadl bin Ja`far menguasai Messina, Rogusa dan Lentini. Pada tahun 902 M seluruh Sisilia dikuasai oleh kaum muslimin di bawah pimpinan Bani Aghlab yang setelah menghabiskan waktu dari tahun 827–902 M.[13] Kemudian berdirilah pemerintahan di bawah dinasti yaitu Bani Aghlab, Fathimiyah, Kalbiyah dan Normandia.
3. Penguasa Sisilia
a. Dinsti Bani Aghlab ( 903 – 909 M )
Dinasti Bani Aghlab yang berpusat di Tunisia mengangkat lima orang gubernur dengan gelar amir, wali atau shahib di Sisilia dengan ibu kota Palermo. Para gubernur mempunyai kekuasaan penuh dalam hal perang atau damai, pembagian harta rampasan, mencetak uang, menentukan pajak, mengangkat kadi, badan kota Praja, pengaturan tentang tanah. Penduduk Sisilia saat itu berbagai ras dan agama; Islam, Kristen, Yahudi, Bangsa Sisilia, Yunani, Lombard, Arab, Barbar, Persia, Negro. Bangsa Arab menjadi penguasa, mayoritas penduduk muslim adalah keturunan bangsa Barbar, Sisilia dan Arab.[14]
Ketika dikuasai dinasti muslim itu, populasi penduduk Sicilia bertambah seiring datangnya imigran muslim dari Afrika, Asia, Spanyol dan Barbar. Di setiap kota di Sicila dilengkapi dengan sebuah dewan kota. Pada zaman ini mulai diperkenalkan reformasi agraria. Hal itu dilakukan agar tanah tak cuma dikuasai orang-orang kaya saja. Irigiasi juga mulai diperkenalkan, sehingga sektor pertanian berkembang pesat. Pada abad ke-10 M, Sisilia menjadi Provinsi di Italia yang paling padat dengan jumlah penduduk mencapai 300 ribu jiwa.[15]
b. Dinasti Fathimiyah (909 - 965 M)
Pada tahun 909 M Ali bin Ahmad bin Abi al-Fawaris salah satu gubernur daulah Fathimiyah yang berpusat di Mesir, menggulingkan Ahmad bin Husen gubernur Dinasti Aghlabid yang terakhir. Dalam masa transisi dari Aghlab ke Fatimiyah di Sisilia, juga terjadi pergolakan namun pergolakan di sini bukan karena masalah politik tetapi masalah yang sifatnya agamis yaitu pertentangan antara Syiah dan Sunni. Tetapi dalam jangka waktu yang tidak lama Fathimiyah bisa mengatasinya.
Gubernur-gubernur dinasti Fathimiyah di Sisilia antara lain Ziyadatullah bin Qurthub, Abu Musa al-Dayf, Salim Rasyid dan Khalil bin Ishaq. Di bawah para gubernur ini, dinasti Fatimiyah membangun peradaban Islam dengan berbagai kemajuan. Gubernur dinasti Fatimiyah yang terkuat adalah Hasan bin Ali al-Kalby keturunan Arab suku Kalb yang kemudian mendirikan dinasti Kalbiyah di Sisilia, namun ia tetap setia kepada Fathimiyah.
c. Dinasti Kalbiyah ( 965 - 1044 M )
Dinasti Kalbiyah berkuasa selama 80 tahun. Hasan dapat menaklukkan daerah Kristen di sebelah utara Sisilia , Tormina kemudian merubah nama kota itu menjadi Mu`izziyah sebagai penghormatan terhadap khalifah Fathimiyah Muiz.[16] Sejak tahun 948 M, Khalifah Fatimiyah, Ismail Al-Mansur mengangkat Hassan Al-Kalbi sebagai emir Sisilia. Secara defakto, Emirat Sisilia terlepas dari pemerintahan Fatimiyah di Mesir. Lalu digantikan Emir yang baru bernama Abu Al-Qasim (964 M-982 M). Pada masa kedua emir itu berkuasa, muslim Sisilia bertempur dengan Bizantium. Setelah itu, kekuasaan Islam meredup seiring perebutan kekuasaan di tubuh umat Islam. Pada 1061 M, Sisilia lepas dari tangan umat Islam
d. Dinasti Normandia
Pada masa dinasti Normandia ini kekuasaan dinasti Islam telah berakhir namun kebudayaan Islam masih berkembang.
1) Rogger I dan II ( 1091 - M)
Walaupun Rogger I dan II beragama Kristen tetapi ia memperlakukan umat Islam dengan baik. Bahkan Rogger II yang beragama Kristen mendapat gelar Mu`taz billah . Palermo tetap sebagai ibu Kota negara, pejabat negara dan tentara tetap menggunakan orang orang Islam. Rogger I dan II masih mengagumi kehebatan kebudayaan dan intelektual Islam , mahir bahasa Arab, memakai baju kebesaran raja-raja Islam. Kehidupan istana menyerupai kehidupan raja-raja Islam. Menggunakan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi. Mahkamah menyerupai Mahkamah Agung Byzantium tetapi upacara-upacaranya menyerupai Mahkamah Arab.[17] Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat pada zaman Normandia, karena Roger II sangat tertarik dengan matematika, administrasi dan ilmu bumi,[18] karena pada masa ini muncul intelektual muslim yang terkenal al-Idrisi.
Al-Idris Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abdullah Ibn Idris Ash-Sharif , Ia dilahirkan di Ceuta, Spanyol ( 1099-1166), dan belajar di Cordova. Orang barat mengakuinya sebagai seorang ahli geografi, yang telah membuat bola dunia dalam bentuk globe dari bahan perak seberat 400 kilogram yang dilengkapi dengan Kitab Al-Rujari (Roger's Book).untuk Raja Roger II dari Sisilia. Ia ahli geografi dan kartografi terbesar di abad pertengahan. Saat itu Idris menjadi sangat dikenal dan mulai dilirik oleh kalangan navigator laut Eropa serta kalangan militer. Kemudian Idris membuat kitab Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Kesenangan untuk Orang-orang yang Ingin Mengadakan Perjalanan Menembus Berbagai Iklim) sebuah ensiklopedi yang berisi peta secara detil dan informasi lengkap negara-negara Eropa. Idris membuat kembali sebuah kompilasi ensiklopedi yang lebih komperhensif berjudul Rawd-Unnas wa-Nuzhat al-Nafs (Kenikmatan Lelaki dan Kesenangan Jiwa). Idris juga ahli di bidang ilmu kedokteran, Ia menyusun sebuah buku berjudul al-Jami-li-Sifat Ashtat al-Nabatat, menjelaskan nama-nama obat dalam beberapa bahasa, termasuk Berber (Arab), Suriah, Persia, Hindi, Yunani dan bahasa latin.. Beberapa karyanya telah dialih bahasakan kedalam bahasa latin , bukunya sangat populer di daratan Eropa dan telah diterbitkan di Roma pada tahun 1619. Christopher Columbus, juga menggunakan peta asli yang dibuat oleh Idris sebelumnya .[19]
2) William I dan II
Pada masa Penguasa Dinati Normandia di tangan William I dan II (beragama kristen) umat Islam diperlakukan dengan tidak baik, namun William mengagumi kehebatan kebudayaan dan Intelektual Islam. Palermo tetap sebagai ibu Kota negara, dan ia menggelari dirinya dengan al-Musta`iz Billah.[20]
B. KEMAJUAN ISLAM DI SISILIA
Sisilia merupakan satu-satunya tempat di Eropa di luar Spanyol, dimana orang Islam mempunyai kedudukan yang sangat kuat. Kita ketahui bersama, Sisilia yang sebelumnya dikuasai oleh Byzantium, sebelum kemudian diambil sepenuhnya oleh umat Islam, sejak masa pertumbuhan dan perkembangan di wilayah ini, kekuasaan Islam bukan hanya berasal dari satu Dinasti. Setelah resmi dikuasai Dinasti Aghlabi selama kurung waktu 902-909, Sisilia berpindah ke dalam kekuasaan Dinasti Fatimiyah 909-953, kemudian terakhir dikuasai oleh Dinasti Kalbi selama 90 tahun, sebelum akhirnya Duke Roger, orang Normandia merebutnya kembali pada tahun 464 H (1072 M).
Dari beberapa dinasti yang memerintah di wilayah tersebut, sebagaimana disebutkan di atas, pemerintah Aglabiyah yang paling banyak mencapai kemajuan yang signifikan, meskipun tidak dapat disangkal adanya beberapa hal lain yang diwujudkan oleh dinasti lain, terutama pada masa awal pemerintahan bangsa Normandia. Penaklukan Bani Aghlab terhadap Sisilia telah membentuk suatu pusat yang penting bagi penyebaran peradaban Islam ke Eropa Kristen. Bahkan renaisans di Italia terjadi karena transmisi ilmu pengetahuan melalui pulau ini. Para penguasa Dinasti Aghlabi juga merupakan pembangun-pembangun yang antusias. Misalnya Ziyadatullah I membangun kembali Masjid Raya Kairouan dan Ahmad membangun Masjid Raya di Tunis, disamping berbagai pekerjaan di bidang pertanian dan irigasi juga dilakukan, terutama di daerah-daerah selatan yang subur.
Kemajun dalam ilmu pengetahuan, sebuah Universitas telah didirikan di Palermo yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, sehingga Islamisasi dan sains yang ditaklukkan telah memberikan warna terhadap kultur masyarakat Sisilia dan sekitarnya. Walau Sisilia sendiri tidak menghasilkan pemikir dan lembaga spektakuler tetapi keberadaan literatur dan tradisi keilmuan yang di bawa dari dunia Islam telah memungkingkan para ulama dan cendikiawan Sisilia menyalurkan hal-hal baru bagi kolega mereka dari daratan Eropa. Penerjemahan karya-karya penting baik filsafat, kedokteran, sufistik, matematika, atau astronomi ke dalam bahasa Eropa banyak dilakukan lewat Sisilia. Karya-karya tersebut sudah barang tentu berguna bagi sejarah perkembangan peradaban umat manusia.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masyarakat muslim di Sisilia waktu itu mempunyai peradaban tinggi tidak berbeda dengan zaman pemerintah Abbasiyah dan Islam Spanyol dalam memperkaya peradaban umat manusia
B. Kemunduran dan kehancuran Islam di Sisilia.
Kemunduran dan kehancuran bagi pembentukan dalam sebuah kekuasaan, adalah suatu peristiwa yang wajar dan lumrah terjadi. Tidak ada satupun bangsa di dunia ini yang yang telah bertahan dalam kejayaan maupun dalam kehancuran, Keduanya memang dipergiliran diantara umat manusia sebagai pelajaran. Kenyataan ini dapat dipandang sebagai hubungan sebab akibat, atau sebagai gejala alamiah sejarah.
Hal yang sama juga berlaku pada semua bentuk kekuasaan, tidak terlepas kebesaran bani Aghlabiyah yang berada di Sisilia. Pasca diangkatnya Al-Mahdi pada tahun 909 M (296 H) menimbulkan akibat negatif terhadap kekuasaan Bani Aghlab mulai dari pusat sampai daerah termasuk Sisilia. Kemenangan Ubaidillah dari Dinasti Fatimiyah atas Dinasti Aghlabiyah di Qairawan tahun yang sama secara tidak langsung menggantikan kekuasaan Amir di Sisilia. Kendati masih sering terjadi pemberontakan tetapi kekuasaan Fatimiyah tetap kokoh sampai dikirimkannya seorang gubernur, Hasan bin Ali Al-Kalbi pada tahun 937 M ke Sisilia, setelah sebelumnya dikuasai oleh Salim bin Rasyid yang dilantik oleh Ubaidillah al-Mahdi al-Fatimy selama 20 tahun.
Keluarga (Aghlaby) ini memerintah sekitar 90 tahun dengan bentuk pemerintahan yang otonom. Selama masa pemerintahan tersebut, keluarga ini berturut-turut menjadi penguasa. Setelah Hasan kemudian digantikan oleh anaknya Ahmad, selanjutnya oleh Ya’ish, salah seorang pengawal Hasan. Ya’is digantikan Abu al-Qasim tahun 970 M sebelum kemudian digantikan oleh anaknya, Jabir, 983 M, tidak lama setelah itu digantikan oleh Ja’far bin Muhammad al-Azis. Ia selanjutnya digantikan anaknya, Abu al-Futuh Yusuf dengan gelar Thiqat al-Din wa al-Daula. Terakhir diperintah oleh Hasan.
Suatu hal yang berpengaruh terhadap kemunduran dan bahkan menghantarkan kekuasaan Islam di Sisilia ke arah kehancuran adalah usaha-usaha penguasa Kristen Romawi untuk mengembalikan Sisilia kepangkuannya. Usahanya semakin terasa mendapat angin dengan munculnya penguasa-penguasa daerah yang bersekongkol dengan Romawi seperti, Ibn Ast-Tsamanah dalam memenuhi ambisinya untuk berkuasa dengan meminta bantuan kepada Normandia. Begitu pula Ibnu Hamud, penguasa Durance yang menyatakan setia terhadap Roger, penguasa Normandia pada waktu itu.
Sejak tahun 1037 tentara Byzantium terus menerus melakukan penyerangan terhadap keluarga besar al-Kalbi ini dengan mendapatkan bantuan di samping dari seorang Sisilia sendiri juga dari Rusia. Sejak tahun 1040 (432 H) para penguasa Kalbi gagal menekan pemberontakan lokal sehingga muncul sejumlah penguasa muslim yang saling bermusuhan. Pada tahun 1044 M, Hasan disingkirkan dan sejak itulah keluarga Kalbi sebagai penguasa di Sisilia berakhir. Setelah iu terjadi perebutan kekuasaan yang berpuncak antara Ibnu Hawwas dan Ibn Ats-Tsamanah. Ibnu Hawwas memerintah daerah, Castrogeovanni, Girgenti dan Casronovo, sementara tahun 1053-1060 M muncul pula bangsawan Ibn Ats-Tsamanah memegang saingan di sekitar daerah-daerah tersebut, dengan gelar al-Qadir Billah dan berdomisili di Syaracusa. Ia telah menjalin kekuatan dengan orang-orang Norman, sekalipun ia mencoba melakukan hubungan baik dengan mereka.
Periode ini adalah masa ketika perbatasan-perbatasan dunia muslim berubah secara signifikan. Di beberapa tempat, perbatasan makin mengecil akibat serangan negara-negara Kristen Eropa Barat. Sisilia lepas karena direbut oleh Dinasti Normandia dari negara-negara Kristen Eropa Utara, dan sebagian besar Spanyol direbut oleh kerajaan-kerajaan Kristen Utara. Menjelang pertengahan abad ke-14, mereka menguasai seluruh negeri kecuali kerajaan Granada di Selatan. Baik di Sisilia maupun Spanyol penduduk muslim Arab terus bertahan selama beberapa waktu, tetapi akhirnya mereka terpaksa keluar baik melalui konversi maupun pengusiran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasakan gambaran di atas masyarakat muslim di Sisilia mempunyai peradaban tinggi tidak berbeda dengan zaman pemerintahan Abbasiyah dan Andalusia dalam memperkaya khazanah peradaban umat Islam
Kisah di Sisilia memberikan banyak pelajaran bagi kita. Kaum muslimin menaklukkan pulau tersebut setelah terjadinya konflik internal di kalangan orang-orang Kristen. Celakanya, kesalahan yang sama juga dilakukan oleh pihak muslim di Sisilia. Mereka berpecah belah dan salah seorang yang terlibat konflik justru mengundang orang-orang Norman Kristen untuk merebut Sisilia. Akibatnya Sisilia dikuasai oleh orang Kristen dan celakanya orang Kristen menguasai peninggalan buku-buku ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari ilmuwan muslim. Sepertinya raja-raja Kristen di Sisilia memahami betul bahwa ilmu pengetahuan merupakan kekuatan yang luar biasa bagi sebuah peradaban. Siapa yang menguasai ilmu pengetahuan, maka peradabannya akan mampu bertahan lebih lama dan langgeng. Selanjutnya, ternyata sikap toleran raja-raja Kristen tidak menjamin kaum muslimin untuk tetap eksis di Sisilia. Sikap toleran itu sendiri diadopsi oleh penguasa Kristen masa itu dari kaum muslimin juga, bukan dari pihak gereja.
Akhirnya, keberhasilan Kristen dalam menaklukkan kembali Sisilia merupakan batu loncatan pertama, sekaligus motivator yang penting, bagi Paus untuk mengumumkan perang salib yang pertama. Seruan perang salib pertama oleh Paulus Urbanus II terjadi tidak sampai setengah abad setelah Roger I dan Robert Giscard masuk ke Sisilia untuk pertama kalinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Aziz, A History of Islamic Sicily, Edenburgh: Edenburgh University Press, 1975.
C.J . Tornberg (ed), Bin al-Athir: al-Kamil fi at-Tharikh, Leiden : 1874 vol X.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Enan M.A., Disiscive Moment in History of Islam, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf, dengan judul, Detik-detik menentukan dalam Sejarah Islam, Cet.I; Surabaya: PT Bina Ilmu, t.th.
E.Curtis. Roger of Sicily and Normans in Lower Italy 1016 – 1154, London: 1912.
Grunembaun Gustave E.Van, Unity dan variety in Muslim Civilation, Cet. I; Jakarta: Karya Uni Press, 1983.
Hamka, Sejarah Ummat Islam, Jakarta: NV Nusantara, Jilid II 1961.
Hammond, Headline World Atlas, New Jersey: Hammond Incorporated Maplewood, 1969.
Hitti Philip K, History of the Arab, London: The Macirillan Press Ltd, 1974.
Thohir Ajid, Perbandingan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam), Cet.I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Yahaya Mahayudin Hj, Islam di Spanyol dan Sicily, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1990.
http://alwialatas.multiply.com/journal/item/29/sisilia-dua-abad-keemasandibawah-islam-bagian-1
ISLAM DI SICILIA
(Asal Usul, Kemajuan, kemunduran dan Kehancuran)
Makalah Revisi
Dipresentasikan Dalam Forum Seminar Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam Kelompok 8 Semester I
Tahun 2009-2010
Oleh:
Sitti Janiah
80100209118
Dosen Pemandu
Prof. Dr. H. Abd. Rahim Yunus, M,A
Prof. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D
Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar
2009
[1] Hammond , Headline World Atlas , (New Jersey : Hammond Incorporated Maplewood, 1969) hal: 36
[2] Dari sisilia, Italia mengeksport buah jeruk, jagung, jewawut, zaitun, buah badam, anggur ,kapas dan menghasilkan minyak bumi terbesar di Eropa, menghasilkan dua per tiga kebutuhan Italia atas belerang, aspal, garam karang, garam laut, dan batu apung Italia. Lihat Grolier Internasional Inc, (ed), Italia , Negara dan Bangsa Eropa (Jakarta : 1988 ) , jilid 6 hal 158
[3] Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group , 2007) cet ke 3 hal: 157
[4] http: //alwialatas.multiply.com/journal/item/29/sisilia-dua-abad-keemasan-di-bawah-islam-bagian-1
[5] Philip K Hitti , History of the Arab, ( London: The Macirillan Press Ltd, 1974 ) hal: 602
[6] Mahayudin Hj Yahaya, Islam di Spanyol dan Sicily, ( Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1990), hal: 17
[7] Aziz Ahmad , A History of Islamic Sicily, ( Edenburgh : Edenburgh University Press , 1975 ) hal 53-55
[8] Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Op. cit, h : 160
[9] Ibid , h. 161
[10] Republika.co.id
[11] Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Op. Cit , h: 162
[12] Republika.co.id
[13] Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Op. Cit , h: 163
[14] Aziz Ahmad , Op. Cit , h: 30
[15] Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Op. Cit, h: 167
[16] C.J . Tornberg (ed), Bin al-Athir : al-Kamil fi at-Tharikh, ( Leiden : 1874 ) vol X hal 133
[17] Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Op. Cit, h: 168
[18] http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Idrisi
[19] E.Curtis. Roger of Sicily and Normans in Lower Italy 1016 – 1154, ( London: 1912) hal 16
[20] Hasan Ibrahim Hasan, Tarekh al-Islam, ( Kairo: Maktabah al-Nahdah al-Misriyah, 1979), jilid III h. 94
[21] sebelah selatan kota Kabul (Afganistan bagian Timur ) dan sebelah utara kota Kandahar. lihat Hammond , Op.Cit, h: 46
[22] Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Op. Cit, h: 169
[23] Ibid. h: 169
[24] Ibid. h: 170
[25] Hamka, Sejarah Ummat Islam, (Jakarta : NV Nusantara , 1961 ) Jilid II h.109
[26] Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Op. Cit, h: 171
[27] Ibid, h: 175
[28] Hasan Ibrahim Hasan, Op. Cit , h: 118
[29] Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Op. Cit, h: 175
Diposkan oleh Shofiulloh
di 21:26
343
[1] Ekspansi dalam bahasa Indonesia, adalah perluasan wilayah suatu Negara dengan menduduki (sebagian atau seluruh) wilayah Negara lain. Lihat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 6.
[2]Gustave E.Van Grunembaun, Unity dan variety in Muslim Civilation, (Cet. I; Jakarta: Karya Uni Press, 1983), h. 12.
[3] M.A. Enan, Disiscive Moment in History of Islam, diterjemahkan oleh Mahyuddin Syaf, dengan judul, Detik-detik menentukan dalam Sejarah Islam, (Cet.I;Surabaya: PT Bina Ilmu, t.th), h.
[4]Hammond, Headline World Atlas, (New Jersey: Hammond Incorporated Maplewood, 1969), h. 36.
[5]Dari sisilia, Italia mengeksport buah jeruk, jagung, jewawut, zaitun, buah badam, anggur, kapas dan menghasilkan minyak bumi terbesar di Eropa, menghasilkan dua pertiga kebutuhan Italia atas belerang, aspal, garam karang, garam laut, dan batu apung Italia. Lihat Grolier Internasional Inc, (ed), Italia, Negara dan Bangsa Eropa (Jakarta: 1988), jilid 6 h. 158.
[6]Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group , 2007), Cet ke 3, h. 157.
[7]http://Alwialatas.multiply.com/journal/item/29/sisilia-dua-abadkeemasan-di-bawah-islam-bagian-1
[8]Ajid Thohir , Perbandingan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam), (Cet.I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 84.
[9]Philip K Hitti , History of the Arab, (London: The Macirillan Press Ltd, 1974), h. 602.
[10]Mahayudin Hj Yahaya, Islam di Spanyol dan Sicily, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1990), h. 17.
[11]Ajid Thohir, op.cit., h. 85-86
[12]Aziz Ahmad , A History of Islamic Sicily, (Edenburgh : Edenburgh University Press, 1975), h. 53-55.
[13]Musyrifah Sunanto, Op. cit, h. 160.
[14]Ibid , h. 161.
[15] Ibid , h.
[16]Republika.co.id
[17]C.J . Tornberg (ed), Bin al-Athir: al-Kamil fi at-Tharikh, (Leiden: 1874) Vol X, h. 133.
[18]Musyrifah Sunanto, Op. Cit, h. 168.
[19] http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Idrisi
[20]E.Curtis. Roger of Sicily and Normans in Lower Italy 1016 – 1154, (London: 1912), h. 16.
1 komentar:
Terima kasih tulisan yang bermanfaat
Posting Komentar