Daftar Pustaka

Kamis, 03 Maret 2011

MENGGAGAS BEBERAPA MODEL PERENCANAAN UNTUK MENGINTEGRASIKAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN KE DALAM PROGRAM PEMBELAJARAN QURAN HADIS


 BAB. I
  PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi suatu lembaga pendidikan, pengertian efisiensi dalam hal perencanaan agaknya mengarah pada efisiensi yang memberikan arti peningkatan kemampuan guru dalam proses belajar-mengajar. Kemampuan guru menjadi sangat penting dikaji, karena dalam proses belajar mengajar yang mementingkan hubungan murid dan guru, guru menjadi pihak yang aktif.
Pada sistem demikian, biasanya terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru dan berorientasi pada siswa. Pendekatan pertama, merupakan sistem yang konvensional. Hampir seluruh kegiatan belajar-mengajar dikendalikan oleh guru. Melalui pendekatan ini, guru mengkomunikasikan pengetahuannya kepada murid dalam beberapa bentuk bahasan atau materi yang sudah disiapkan. Metode yang dipakai adalah ceramah atau tatap muka.
Keuntungan pendekatan ini, yaitu memudahkan pendidikan mengefisiensikan akomodasi dan sumber-sumber peralatan, serta mempermudah jadwal yang efektif oleh para staf. Kelemahannya, keberhasilan belajar murid tergantung keterampilan dan kemampuan guru dalam melakukan perencanaan maupun proses, serta bahan dan materi yang dibawakannya. Kondisi ini hanya menguntungkan apabila pengajar sangat berpengalaman dan berbakat.
Pendekatan kedua, adalah proses belajar-mengajar dengan menekankan ciri-ciri dan kebutuhan murid secara individual. Dalam hal ini guru hanya sebagai penunjang. Keuntungannya, hal ini memungkinkan murid belajar dan memperoleh kesempatan yang luas sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kelemahannya, bila murid pasif dalam belajar karena sistem ini menuntut kesiapan yang tinggi dari para murid.
Untuk mengeliminasi kelemahan pendekatan yang berorientasi pada guru, diperlukan peningkatan hubungan guru dan murid. Dalam hal ini, ada semacam mitos yang berlaku di kalangan pendidikan. Seorang guru yang baik harus memenuhi persyaratan antara lain, bersikap tenang, tidak pernah berteriak, dan tidak menunjukkan emosi yang tinggi. Guru yang baik tidak pernah berprasangka buruk, tidak pernah membedakan anak atas dasar suku, ras, atau jenis kelamin. Guru yang baik menerima semua anak dengan pandangan yang sama, tidak pernah punya favorit dan tidak pilih kasih.
Dengan demikian, yang diharapkan sebetulnya adalah guru harus bersikap realistis untuk menilai dirinya dalam hubungannya dengan murid. Ia harus menyadari kekurangan-kekurangannya.
Memberikan penekanan pada hubungan guru dan murid berarti memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk saling berkomunikasi secara wajar dan tidak terpaku pada patokan-patokan yang sangat ideal yang hampir tidak mungkin tercapai. Karena tanpa adanya hubungan yang harmonis antara pengajar dan murid, adalah keniscayaan menciptakan perencanaan dan proses pembelajaran yang dapat mencapai tujuan.

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan gambaran yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana pengertian model-model perencanaan?  
  2. Bagaimana pengertian pendidikan kewirausahaan?
  3. Bagaimana pengintegrasian pendidikan kewirausahaan dalam program pembelajaran Quran Hadis?
BAB. II
PEMBAHASAN
A.    Model-model perencanaan
1.      Pengertian perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang akan ditentukan (Gaffar,1987). Fungsi perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai bagaimana cara mencapainya, berapa lama waktu yang akan dibutuhkan, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biayanya.[1]
Yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran berdasarkan beberapa pendapat, yakni:
a.       Secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, alat atau media apa yang diperlukan (R. Ibrahim 1993:2).
b.      Perencanaan Pembelajaran sebagai pedoman mengajar bagi guru/calon guru dan pedoman belajar bagi siswa.[2]
Perencanaan Pembelajaran merupakan acuan jelas, oprasional, sistematis sebagai pedoman guru dan siswa dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
Perencanaan atau rencana (planning) dewasa ini telah hampir dikenal oleh hampir setiap orang. Kita mengenal rencana pembangunan, perencanaan pendidikan, perencanaan produksi suatu pabrik dalam bentuk target-target suatu produksi. Langkah awal yang dapat ditempuh adalah mengemukakan pengertian perencanaan pengajaran. Upaya untuk maksud itu dilakukan dengan mengemukakan beberapa batasan atau definisi.
Kaufman mengatakan: perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai, di dalamnya mencakup elemen-elemen:
  1. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan.
  2. Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan.
  3. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan prioritas.
  4. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan.
  5. Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
  6. Identifikasi strategi alternative yang mungkin dan alat untuk melengkapi tiap persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk di dalamnya merinci keuntungan dan kerugian tiap strategi dan alat yang dipakai.[3]
Dengan demikian, perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang dilakukan. Perencanaan mendahului pelaksanaan, mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menetukan kemana harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien. Berpangkal dari pemahaman di atas, maka perencanaan mengandung lima pokok pikiran, yakni:
a.       Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan.
b.      Keadaan masa depan  yang diinginkan itu kemudian dibandingkan dengan keadaan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya.
c.       Untuk menutup kesenjangan itu perlu dilakukan usaha-usaha alternatif.
d.      Pemilihan alternative yang paling baik, dalam arti yang mempunyai efektifitas dan efisiensi yang paling tinggi perlu dilakukan.
e.       Alternatif yang dipilih harus dirinci sehingga dapat menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan apabila akan dilaksanakan.[4]
            Pembicaraan tentang kendala-kendala berkaitan dengan adanya beberapa factor pembatas atau penghalang. Merupakan karakteristik perencanaan pengajaran yang secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Merupakan proses rasional sebab berkaitan dengan tujuan social dan konsep-konsepnya dirancang oleh banyak orang.
  2. Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika informasi yang masuk mengharapkan demikian.
  3. Perencanaan terdiri dari beberapa aktifitas yang beragam, namun dapat dikategorikan menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan.
d.      Perencanaan pengajaran berkaitan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah pengunaan dan salah dalam manajemennya.[5]

2.Dasar perlunya perencanaan pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar tercapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan ini diwujudkan dengan asumsi:
  1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran harus diawali dengan perencanaan dengan wujud adanya desain pembelajaran.
b.      Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system.
  1. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar.
d.         Desain juga harus diacukan pada siswa secara perorangan.
e.          Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran.
  1. Sasaran akhir dari desain adalah untuk memudahkan siswa belajar.
g.      Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variable pembelajaran.
  1. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[6]
Mengacu pada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan harus sesuai dengan konsep pendidikan  yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan perencanaan sebagai sebuah proses, bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan lebih lancar  dan hasilnya akan lebih baik. Kurikulum selayaknya harus selalu menjadi rujukan utama dengan tidak mengabaikan aspek lingkungan dan  kapasistas siswa yang dihadapi. Dalam kurikulum telah tercantum berbagai tujuan, pokok bahasan maupun alokasi waktu.[7]

3.      Model-model Mengajar dalam Kegiatan Pengajaran
Dalam berbagai buku pendidikan, ditemukan sekurang-kurangnya empat model pengajaran,[8] dan dari kempat model tersebut melahirkan berbagai bentuk variasi dalam mengajar.[9] Empat model mengajar yang dimaksud adalah :
  1. Model mengajar konsentris, yakni seluruh bahan ajar dijalani dari permulaan hingga akhir, dimulai dari yang paling mudah dan paling penting.[10]

  1. Model mengajar suksessif yang berarti pengajaran urutan atau berurutan. Di dalam jalan pelajaran ini seluruh bahan hanya dilalui satu kali, karena pengajaran maju secara berurutan. Jalan pengajaran ini dapat digambarkan sebagai berikut :[11]
   Bagian 1            Bagian 2           Bagian 3          Bagian 4          dan seterusnya



  1. Model mengajar sintesis, yakni menunjukkan model kegiatan belajar-mengajar yang dimulai dari mempelajari unsur-usnur atau bagian-bagian untuk selanjutnya membuat kesimpulan atau merumuskan keseluruhan. Pengajaran agama Islam misalnya yang dilakukan oleh Rasulullah saw, beliau mula-mula mengajarkan apa itu defenisi iman, definisi Islam, dan definisi ihsan.
  2. Model mengajar analisis, yakni kebalikan model pengajaran sintesis. Dimulai dari yang umum, menuju yang khusus; dari keutuhan menuju bagian-bagian. Prinsip yang mendasarinya ialah model deduktif.[12]
Keempat model mengajar di atas, merupakan model teoritis yang dapat dikembangkan dalam bentuk variasi (macam-macam gaya) mengajar sebagai pola interaksi guru dan murid.

B.     Pendidikan Kewirausahaan
Kita tahu bahwa ada banyak definisi pendidikan. Ini jelas menunjukkan bahwa pendidikan dipandang sebagai hal yang sangat penting, sehingga banyak pihak yang merasa perlu untuk memberikan definisi, pengertian atau memaknainya.
Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah pedagogik, yaitu ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak.  Sedangkan Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.[13]
Dari etimologi dan analisis pengertian pendidikan di atas, secara singkat pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya.
Sedangkan wira usaha adalah kemampuan untuk berdiri sendiri, berdaulat, merdeka lahir batin, sumber peningkatan kepribadian, suatu proses dimana orang mengejar peluang, merupakan sifat mental dan sifat jiwa yang selalu aktif, dituntut untuk mampu mengelola, menguasai, mengetahui dan berpengalaman untuk memacu kreatifitas.[14]
Istilah wirausaha atau wiraswasta merupakan terjemahan dari kata entrepreneur. Entrepreneur sendiri berasal dari bahasa Perancis yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between. Contoh yang sering digunakan untuk menggambarkan pengertian ‘go-between’ atau ‘perantara’ ini adalah pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran dagang ke timur jauh. Untuk melakukan perjalanan dagang tersebut, Marcopolo tidak menjual barangnya sendiri. Dia hanya membawa barang seorang pengusaha melalui penandatanganan kontrak.
Marcopolo setuju menandatangani kontrak untuk menjual barang dari pengusaha tersebut. Dalam kontrak ini dinyatakan bahwa si pengusaha memberi pinjaman dagang kepada Marcopolo. Dari penjualan barang tersebut, Marcopolo mendapat bagian 25%, termasuk asuransi. Sedangkan pengusaha memperoleh keuntungan lebih dari 75%. Segala macam resiko dari perdagangan tersebut ditanggung oleh pedagang, dalam hal ini Marcopolo.[15]
Dengan melihat arti etimologis di atas, bisa diambil pengertian bahwa wirausaha ialah keberanian, keutamaan, atau keperkasaan dalam berusaha dengan bersandar pada kekuatan sendiri. Ataupun secara personality bisa juga juga dipahami bahwa wirausaha ialah seorang yang memiliki dorongan untuk menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan, disertai modal dan resiko, serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi atas usahanya tersebut.

C.    Pengintegrasian Pendidikan Pewirausahaan ke dalam Program pembelajaran Quran hadis.

1.      Program pembelajaran Qur’an hadis
Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan perencanaan program pembelajaran yaitu:
  1. Tahapan mengajar.
  2. Penggunaan model atau pendekatan mengajar.
  3. Penggunaan prinsip mengajar.[16]
Namunpun demikian secara umum ada tiga hal pokok dalam strategi mengajar, yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian maupun tindak lanjut.

Tahapan instruksional[17]
1
2
3








Tahap prainstruksional
 
Tahap instruksional

 
Tahap penilaian dan tindak lanjut

 




a.      Tahap prainstruksional
Tahap ini adalah tahapan yang ditempuh saat proses belajar mengajar dimulai. Adapun beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah:
1)      Guru menanyakan kehadiran siswa, bila ada yang tidak hadir jangan samapai hal tersebut menjadikan kita mengklaim bahwa siswa tersebut malas. Melainkan bisa saja cara pengajaran kita yang memang tidak menyenangkan.
2)      Bertanya kepada siswa sampai pembahasan sebelumnya, dengan maksud untuk mengetahui apakah siswa memperhatikan.
3)      Menanyakan pelajaran sebelumnya, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa akan materi yang telah diajarkan sebelumya.
4)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan pelajaran sebelumnya, sekaligus guru mengulangi secara umum pelajaran yang telah diberikan sebelumya.[18]
b. Tahap instruksional
Tahap ini adalah tahap pengajaran atau tahapan inti. Secara umum dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1)      Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
2)      Menuliskan pokok materi yang akan dibahas pada hari itu.
3)      Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi, dalam hal ini dapat ditempuh baik secara induktif maupun deduktif.
4)      Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya disertakan dengan contoh-contoh kongkrit.
5)      Penggunaan alat bantu harus diperhatikan untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi.
6)      Menyimpulkan  hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dapat dibuat sendiri oleh guru, namun alangkah lebih baiknya bila siswa sendiri yang mendiskusikan kemudian merumuskan kesimpulan.[19]
  1. Tahap evaluasi dan tidak lanjut
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari setiap tahapan yang telah dilalui. Adapun urut-urutan tahapan ini adalah:
1)      Mengajukan pertanyaan kepada siswa baik secara personal maupun kolektif, tertulis mapun lisan.
2)      Apabila pertanyaan yang diajukan terjawab dibawah 70%, maka guru harus mengulangi materi yang telah diajarkan. Tentu saja bisa dengan meggunakan strategi yang lain, apakah dalam bentuk diskusi, ataupun pekerjaan rumah.
3)   Untuk memperkaya pengetahuan siswa, guru dapat memberikan tugas tambahan.
4)      Akhiri pelajaran dengan memberitahu kembali materi pokok yang telah diajarkan, dan yang tidak kalah penting adalah informasi tentang materi pokok yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.[20]
Tahapan-tahapan diatas secara sepintas hanyalah sebuah teori yang dengan mudah dapat dilaksanakan. Tetapi pada kenyataannya tidak semua guru mampu  mengimplementasikannya, meskipun telah menguasai teorinya. Oleh karena itu, sebagai seorang guru kita senantiasa harus mampu berinovasi dan berkreasi terhadap kemampuan pengelolaan kelas yang dimiliki. Disinilah letak profesionalisme seorang guru yang sesungguhnya. Apa yang kita bayangkan biasanya tidak seindah dengan yang kita temukan. 

2.      Pengintegrasian pendidikan kewirausahaan
Secara sederhana penulis dapat merumuskan bahwa dalam usaha mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan ke dalam pendidikan Qur’an hadis, dapat dilakukan dengan beberapa  alternative yaitu:
  1. Menekankan kepada siswa dalam setiap pertemuan bahwa, dalam hal apapun manusia hanya dapat berhasil dengan usaha yang keras dan penuh dengan perhitungan. Baik hal tersebut menyangkut pelajaran maupun dalam bidang yang lainnya.
  2. Memaksimalkan materi-materi ajar yang membahas tentang kewirausahaan secara umum dan etos kerja secara khusus.
Adapun contoh materi ajar yang berkaitan dengan kewirausahaan, penulis angkat pada makalah ini sebagai berikut:
a.       Surah al-Ti>n
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ ¢OèO çm»tR÷ŠyŠu Ÿ@xÿór& tû,Î#Ïÿ»y ÇÎÈ žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßgn=sù íô_r& çŽöxî 5bqãYøÿxE ÇÏÈ
Artinya:
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.


b.  Surah al-Insyirah
#sŒÎ*sù |Møîtsù ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ
Artinya:
“Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”.[21]


c.       Surah al-Taubah

È@è%ur (#qè=yJôã$# uŽz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( šcrŠuŽäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ
Artinya:
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan”.[22]

d.      Hadis

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Terjemahan:
“Wahai Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah, malas dan penakut. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, ujian hidup dan ujian mati”. (H.R. Muslim)[23]

BAB. III
P E N U T U P


A.       Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian terdahulu, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Perencanaan harus sesuai dengan konsep pendidikan  yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan perencanaan sebagai sebuah proses, bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan lebih lancar  dan hasilnya akan lebih baik.
2.      Pendidikan kewirausahaan adalah: pendidikan yang senantiasa mengajak siswa untuk memiliki keberanian, keutamaan, atau keperkasaan dalam berusaha dengan bersandar pada kekuatan sendiri.
3.      Menekankan kepada siswa dalam setiap pertemuan bahwa, dalam hal apapun manusia hanya dapat berhasil dengan usaha yang keras dan penuh dengan perhitungan. Baik hal tersebut menyangkut pelajaran maupun dalam bidang yang lainnya. Sekaligus memaksimalkan materi-materi ajar yang membahas tentang kewirausahaan secara umum dan etos kerja secara khusus.

B.     Implikasi
Makalah ini kami susun dengan sangat sederhana, sehingga besar kemungkinan banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kebesaran hati teman-teman dan pembaca agar kiranya memberikan kritik dan saran yang dapat melengkapi kekurangan makalah ini.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1987)
Al-karim, Alquran (program computer)
Freire, Paulo, Pendidikan Kaum Tertindas, (LP3ES: Yogyakarta, 1985)
Hajjaj, Abu Husain bin Muslim bin, Ja>miu Sahih al Musamma> Sahih Muslim, (Da>rul Jil: Beirut)
http://delyup.blogspot.com/2008/11/november-1-2008-in-enterpreunership-di.html
Kaufman Roger A., Educational System Planning, (New Jersey Prentice Hall, 1972)
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, Cet. VI, 2008)
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Cet.VIII; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)
Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan, Materi Dasar Pendidikan Akta Mengajar, 1983/1986
Trull, Jr.,Frang W. Banghart dan Albert, Educational Planning, (New York: Collier; Macmilan Limited)
Uhbayanti, Abu Ahmadi dan Nur, Ilmu Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1991)
Uno, Hamzah B., Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009)
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004)
Wahidin Dadan, Perencanaan Pembelajaran dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Mikro, (Makalah, 2009)



Makalah Revisi
  MENGGAGAS BEBERAPA MODEL PERENCANAAN
UNTUK MENGINTEGRASIKAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN
KE DALAM PROGRAM PEMBELAJARAN QURAN HADIS
                                                                                                                    





Disampaikan Pada Seminar
Mata Kuliah Perencanaan Program Pembelajaran Quran Hadis
Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Tahun Akademik 2009/2010

Oleh :
M U H T A R
80100209092


DOSEN PEMANDU
Prof. Dr. Hj. Baego Ishak, M. Ed
Prof. Dr. H. M. Nasir Baki, M. A


PROGRAM  PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

M A K A S S A R

2 0 1 0




[1]Dadan Wahidin, Perencanaan Pembelajaran dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Mikro, (Makalah, 2009), h. 7.
[2]Ibid., h. 8. 
[3]Roger A. Kaufman, Educational System Planning, (New Jersey Prentice Hall, 1972), h. 6-8.
[4]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Materi Dasar Pendidikan Akta Mengajar, 1983/1986, h. 2.
[5]Frang W. Banghart dan Albert Trull, Jr., Educational Planning, (New York: Collier; Macmilan Limited), h. 4.
[6]Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), h. 3-4.
[7]Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, Cet. VI, 2008), h. 137.
[8]Abu Ahmadi dan Nur Uhbayanti, Ilmu Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 93-94. Muhammad Ali, Guru dalam Proses Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1987), h. 58.
[9]Lihat Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 84-85
[10]Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Cet.VIII; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 38.
[11]Gambar tersebut, dikutip dari ibid., h. 39
[12]Ahmad Tafsir, op. cit, h. 39.
[13]Freire, Paulo, Pendidikan Kaum Tertindas, (LP3ES: Yogyakarta, 1985), h. 3.
[15] http://delyup.blogspot.com/2008/11/november-1-2008-in-enterpreunership-di.html
[16]Syaiful Sagala,  Op.cit., h. 225.
[17] Ibid., h. 226.
[18] Ibid., h. 227.
[19]Ibid., h. 228.
[20]Ibid., h. 229.
[21]Alquran al-karim (program computer)
[22]Ibid.
[23]Abu Husain bin Muslim bin Hajjaj, Ja>miu Sahih al Musamma> Sahih Muslim , (Da>rul Jil: Beirut)

Tidak ada komentar: